Kesempatan untuk Merdeka (aug 12, 1945 – aug 18, 1945)
Description:
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus, bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Oleh karena itu, hampir seluruh tentara Jepang pulang ke negara mereka. Soekarno dan Mohammad Hatta pun memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke Dalat, Saigon, Vietnam untuk menemui Marsekal Terauchi. Marsekal Terauchi pun mengatakan pada Soekarno, Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan Indonesia kemerdekaan. Dua hari kemudian, mereka bertiga balik ke Indonesia. Sesampainya mereka di Indonesia, Sutan Syahrir mendesak Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipuan yang dibuat oleh Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945, semakin banyak rakyat dan pengikut Sutan Syahrir yang mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Awalnya, Soekarno dan Mohammad Hatta tidak menyetujui keputusan ini. Mereka menganggap bahwa keputusan ini diambil secara mendadak dan akan menyebabkan banyak masalah. Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, Soekarno, Mohammad Hatta, Fatmawati dan Guntur (putra Soekarno) dibawa ke Rengasdengklok untuk meyakinkan Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan dan untuk menghindari segala bujukan dari Jepang yang akan mempengaruhi keyakinan Soekarno dan Mohammad Hatta dan akan menggagalkan terlaksanakan proklamasi Indonesia. Pada malam harinya, Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan Jenderal Yamamoto, komandan Jepang di Jawa. Dari pertemuan tersebut, Soekarno dan Mohammad Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Setelah diyakini bahwa situasi memungkinkan untuk memproklamasikan kemerdekaan, Soekarno, Mohammad Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga melaksanakan rapat, dan menyiapkan teks proklamasi. Rapat tersebut dilaksanakan di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Ia bersedia membantu Soekarno, Mohammad Hatta dan lainnya, karena ia merasa simpati kepada bangsa Indonesia. Ia merasa simpati karena melihat perjuangan rakyat Indonesia yang sangat besar untuk mencapai kemerdekaan. Di sana, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo pun mulai menyusun teks proklamasi dan menulisnya. Mereka menyusun teks proklamasi dari jam 2 subuh hingga jam 4 subuh. Kemudian, teks tersebut diketik ulang oleh Sayuti Melik, dan ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Awalnya, teks proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikada, namun karena alasan keamanan dan ketertiban, lokasinya pun dipindahkan ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, atau rumah Soekarno. Pada tanggal 17 Agustus 1945, pada pukul sepuluh pagi, teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno di rumahnya. Peristiwa pembacaan naskah proklamasi ini dihadiri oleh Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani, dan Trimurti. Acara tersebut dimulai dengan pembacaan teks proklamasi. Lalu, dilanjutkan dengan pidato oleh Soekarno, serta sambutan dari Suwiryo dan dr. Muwardi, yang merupakan walikota Jakarta pada saat itu. Bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno pun dikibarkan oleh Latief Hendraningrat dan Soehoed, diiringi dengan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Sejak saat itu pun, Indonesia memperoleh kemerdekaan. Keesokan harinya, Mohammad Hatta pun diangkat menjadi wakil presiden pertama Indonesia, sedangkan Soekarno diangkat menjadi presiden pertama Indonesia.